SENI cadas atau "rock art" yang merupakan hasil karya lukisan manusia pada zaman megalitikum, berusia puluhan ribu tahun, yang ditorehkan pada dinding-dinding gua/ceruk, tebing karang dan pada permukaan batu-batu besar banyak ditemukan di Kaimana, Provinsi Papua Barat.
"Seni cadas sebagai wadah untuk menuangkan ide atau gagasan seorang seniman berkaitan dengan suatu kejadian atau keadaan yang dialami atau dilihatnya banyak ditemukan di Kaimana, Papua Barat," kata Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Papua, Drs.M.Irfan Mahmud,M.Si, di Jayapura, Jumat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tim Balai Arkeologi Jayapura, di Distrik Kaimana, motif-motif lukisan secara garis besar berupa manusia, fauna, flora, geometris dan benda-benda hasil budaya manusia, misalnya perahu, bumerang, tombak, tapak batu, penokok sagu dan topeng.
Motif manusia berupa gambar manusia, cap tangan, antropomorfik dan matuto. Sedangkan, fauna berbentuk kadal, ikan, penyu, buaya , kuskus, ular, burung, udang dan kuda laut. Sementara itu, matahari, segi empat dan lingkaran merupakan sebagian besar motif geometris.
"Motif-motif ini tersebar di beberapa desa dengan ketinggian ceruk dan tebing karang pada 3 hingga 5 meter di atas permukaan laut," kata Irfan.
Penelitian tersebut menetapkan beberapa situs arkeologi seni cadas di tiga desa, yaitu Desa Marsi, Maimai dan Namatota.
Salah satu situs di Desa Marsi adalah Situs Tanjung Bicari. Di situs ini ditemukan lukisan antropomorfik, ikan dan titik-titik bewarna merah dan kuning.
Sementara itu, motif yang lebih beragam dengan bentuk buaya, sontong, kadal, kuskus, geometris, matuto dan tombak dijumpai di Situs Omborecena, Desa Maimai.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat tentang keberadaan seni cadas ini, Irfan mengatakan diperoleh banyak pendapat yang berbeda-beda.
"Orang-orang tua dahulu memandang lukisan cadas dibuat oleh setan-setan," ujarnya.
Oleh karena itu, setiap mereka melewatinya, wajib memberikan sesajen berupa sirih dan pinang yang dilemparkan ke tanjung demi keselamatan atau terhindar dari bahaya.
Adapun pendapat yang lain mengatakan, lukisan dinding merupakan tanda keberadaan Suku Mairasi, sedangkan klan Watora menyatakan, lukisan telapak yang berada di tebing-tebing di daerah tersebut adalah tempat persinggahan nenek moyang mereka ketika pindah ke Tanjung Bicari.
Sejak sepuluh tahun terakhir ini, kegiatan penelitian dan pengembangan Balai Arkeologi Jayapura telah menemukan 89 situs yang sangat berharga, baik dari segi pendidikan dan budaya maupun wisata sejarah.
Situs-situs ini ada yang merupakan sisa-sisa aktivitas manusia jaman megalitikum, makam Islam dan Cina serta peninggalan jaman kolonial ketika pasukan sekutu dan Jepang menjadikan Pulau Papua sebagai palagan Perang Dunia II. [fb/FB/ant]
»»
Seni Cadas Banyak Ditemukan Di Kaimana
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda mengenai posting ini..!!