»»


Perolehan Suara Sementara Pilkada Kabupaten Supiori 2020: Nomor urut 1 Obeth Rumabar - Daud Marisan : 2.312 (12,9%) ●●● Nomor urut 2 Ruth Naomi Rumkabu - Piet Pariaribo: 3.646 (25,1%) ●●● Nomor urut 3 Jacobus Kawer - Salomo Rumbekwan : 1.189 (8,2%) ●●● Nomor urut 4 Ronny Gustaf Mamoribo - Albert : 2.856 (19,7%) ●●● Nomor urut 5 Yan Imbab - Nichodemus Ronsumbre : 4.507 (31,1%) || Update: 04:31wit / 11 Des 2020

Seharusnya Hanya Wacana

Biak - Bupati Yusuf Melianus Maryen dan Ketua DPRD Kabupaten Biak Numfor Nehemia Wospakrik, harus bertanggungjawab, karena dengan sadar mulai menebarkan bibit-bibit konflik di dalam kehidupan bermasyarakat di Biak. Kebijakan maupun wacana fenomenal mereka yang muncul akhir-akhir ini ke ruang publik ternyata berpotensi konflik. Kita semua, umat beragama di Biak tentu tidak ingin, kasus kerusuhan Ambon Tahun 1999 silam yang sampai saat ini masih meninggalkan luka, terulang kembali, apalagi terjadi di kampung halaman kita, Biak. Wacana fenomenal pembangunan embarkasi/debarkasi Haji Tanah Papua di Biak oleh Pemda Biak yang dibalut dengan pembangunan perekonomian serta motto Biak sebagai Kota Jasa, hendaknya tidak serta merta diluncurkan ke public sehingga memunculkan sikap protes masyarakat yang berlebihan. Tapi, wacana tersebut, seharusnya dikomunikasikan dalam ruang-ruang tertentu terlebih dahulu dengan semua komponen di Biak, adat, agama, perempuan dan pemuda. Tidak serta merta karena semangat yang berlebihan serta ingin mendapatkan pujian sehingga kebijakan yang berpotensi konflik tersebut di lempar begitu saja ke public. Sangat disayangkan, seharusnya wacana tersebut hanyalah wacana. Kini wacana itu telah membuka semua ketidakbijakan Pemda Biak Numfor. Sampai-sampai kebijakan anggaran pun menjadi perhatian. Sebagai pemimpinan, Maryen maupun Wospakrik seharusnya memberi perhatian yang sama kepada semua komponen masyarakat tanpa memandang suku, ras dan agama. Delapan tuntutan umat Kristen yang digiring dalam aksi long marc ke Kantor Depag, Kantor Bupati serta kantor DPRD telah sangat jelas memberi tahu kepada semua pihak bahwa ada kebijakan yang tidak bijak.”Ini masih wacana, tidak mudah untuk membangun sebuah embarkasi haji di Biak, ada banyak persyaratan yang harus kita penuhi,  jadi ini masih wacana,” tegas Wospakrik kepada media ini usai aksi masa membubarkan diri. Ya, Wospakrik boleh saja mengatakan bahwa pembangunan tersebut masih bersifat wacana. Namun, aksi hari ini bukanlah sebuah wacana, namun sebuah kenyataan bahwa umat Kristen telah turun ke jalan-jalan. Dan sudah pasti ada kelompok yang terluka hatinya. Dilain sisi, pernyataan Wospakrik sedikitnya bersebrangan dengan Bupati Biak Numfor Yusuf Melianus Maryen. Kepada Publik, Maryen justru memberi antusias yang besar. “Ini sejalan dengan visi misi kabupaten Biak Numfor, menjadikan Biak sebagai Kota Jasa,” ungkap Bupati Maryen di salah satu media cetak. Sejalan dengan visi misi. Singkat, padat dan jelas pesan yang dilontarkan Maryen. Dengan demikian, Pembangunan embarkasi haji menjadi sebuah keseriusan pemerintah daerah. [Hendrik R. Hay - Bintang Papua]

1 komentar:

  1. Seorang pemimpin putra daerah asli Biak,tp benar" tdk punya Hati. Tdk spt zaman Bupati terdahulu Bupati Hendrik & Wasnoadi! BIAK begitu maju saat itu.Tak ada diskriminasi antar golongan,smua tertata rapih.Mengapa para penerus tdk mencontohi mereka? Bagaimana mau jadi kota jasa,kalau sepajang jalan penuh dg sampah,mana trotoar jalan di tumbuhi rumput liar,jalan di genangi air tiap kali hujan Pembangunan Infrastruktur yg hanya mghamburkan APBD,tanpa fikirkan kwalitas yg baik.Biak tampak mundur di banding dekade 80-an! POINT 1 buat pak Bupati : "Selaku pemimpin yg bijak,kl ingin buat sesuatu yg sifatnya kontroversi,alangkah baiknya di sosialisasikan dulu,dgn sgenap unsur baik tokoh agama,adat,dlsbnya..!?" 2. Perhatikan tuh jalan",terutama Drainage & Penerangan!!

    BalasHapus

Berikan komentar anda mengenai posting ini..!!