»»


Perolehan Suara Sementara Pilkada Kabupaten Supiori 2020: Nomor urut 1 Obeth Rumabar - Daud Marisan : 2.312 (12,9%) ●●● Nomor urut 2 Ruth Naomi Rumkabu - Piet Pariaribo: 3.646 (25,1%) ●●● Nomor urut 3 Jacobus Kawer - Salomo Rumbekwan : 1.189 (8,2%) ●●● Nomor urut 4 Ronny Gustaf Mamoribo - Albert : 2.856 (19,7%) ●●● Nomor urut 5 Yan Imbab - Nichodemus Ronsumbre : 4.507 (31,1%) || Update: 04:31wit / 11 Des 2020

Dari Batik Keraton hingga Etnik Papua

SALAH satu kekayaan Nusantara yang paling terkenal adalah batik. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki kerajinan batik. Bukan hanya di Jawa, batik juga ditemukan di Papua dengan corak yang berbeda.
Ragam kekayaan warisan nenek moyang Indonesia ini dapat ditemukan dalam Gelar Batik Nusantara yang dilangsungkan di Jakarta Convention Center (JCC), pada 26-30 Agustus 2009. Pameran tersebut memajang kekayaan dan keanekaragaman corak batik dari berbagai daerah di Tanah Air.
Setiap daerah tentunya memiliki ciri khas masing-masing. Yogyakarta, misalnya. Selain kaya dengan jenis corak, batik yang diikutsertakan dalam Gelar Batik Nusantara kali ini adalah batik istimewa yang dibuat oleh putra dan putri karajaan dari Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta.

Bahkan, batik tertua yang dipajang dalam pameran ini dibuat satu abad silam. Batik yang dinamakan dengan Batik Puro Pakualaman ini hanya dikenakan oleh seorang putri raja ketika hendak menghadap sang raja.

"Dulu untuk membuat batik seseorang tidak bisa gegabah. Untuk memulai proses pembuatan,seorang putri atau putra raja haruslah berpuasa dan melakukan ritual," kata Koordinator Pameran Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta, Dra Ray Sritapi Sugito.

Proses perenungan yang panjang dan ritual penyucian diri yang dilakukan sebelum memulai pembuatan batik itulah, yang kemudian membuat batik pada zaman dulu begitu sejuk dipandang mata dan memiliki nilai seni yang sangat tinggi.

"Kalau sekarang siapa saja bisa membuat batik. Itu membuat batik kehilangan rohnya. Tapi tidak masalah karena batik sudah bisa digunakan dan dipakai oleh berbagai kalangan.Itu bentuk kecintaan kita kepada negeri, karena bisa mengembangkannya," jelas Ray Sritapi Sugito.

"Semua batik yang kita pamerkan dalam stan Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta tidak untuk dijual. Hanya untuk menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat, bahwa batik memiliki sejarah yang panjang dan kita beruntung masih bisa menikmatinya sekarang," katanya lagi.

Yang tidak kalah menarik minat masyarakat dari ratusan stan pameran itu adalah sebuah stan batik yang memajang sekaligus menjual batik-batik dari daerah Papua. Harga yang ditawarkan juga sangat beragam. Misalnya, untuk sebuah selendang batik yang terbuat dari sutra bisa dijual dengan harga Rp250 ribu hingga Rp500 ribu.

Dibandingkan dengan corak batik dari daerah lainnya di Jawa, batik Papua memiliki perbedaan corak yang cukup mencolok. Batik dari daerah ini cenderung lebih gelap namun banyak memiliki motif yang terdiri dari gambaran patung.

Batik di Papua selama ini yang paling terkenal adalah batik motif Asmat. Warnanya lebih cokelat dengan kolaborasi warna tanah dan terakota. Soal pemilihan motif batik Papua banyak menggunakan simbolsimbol keramat dan ukiran khas Papua. Cecak atau buaya adalah salah satunya,selain tentu lingkaran-lingkaran besar.Bahannya macam-macam disesuaikan dengan permintaan pasar.

"Saya menyukai batik dari Papua karena motifnya sangat berbeda dibandingkan batik dari daerah Jawa yang sudah sangat umum digunakan. Selain itu dengan memakai batik Papua, kita juga bisa mengenalkan batik mereka kepada dunia luar," kata salah satu pengunjung pameran, Andre Willyanto.

Ditambahkan Andre, selain untuk dipakai sendiri, pengusaha muda tersebut juga mengaku sangat menyukai kain batik apalagi jika batik tersebut memiliki motif yang unik. "Saya juga menyukai motif batik dari Solo karena rata-rata warnanya lebih lembut. Kalau Yogyakarta saya suka motif yang kadang bisa bercerita tentang sejarah," tambahnya.

Kegemaran mengoleksi batik dan menjadikannya busana seharihari juga disampaikan oleh salah satu pemilik stan batik, Yohana Pangestu. Menurut dia, batik adalah milik Indonesia dan sebagai anak bangsa harus bersedia dan wajib melestarikannya.

"Jangan sampai diklaim lagi oleh Malaysia. Karena sayang sekali jika batik yang asli milik kita dicuri oleh negara lain," katanya.

Lebih lanjut, menurut Yohana, pameran-pameran batik yang dilangsungkan sangat bagus untuk lebih mengenalkan batik kepada masyarakat luas juga dunia internasional. Bahkan, dalam pameran kali ini Yohana mengaku sering sekali mendapatkan pembeli warga negara asing.

"Kalau yang membeli banyak. Mulai dari orang Jepang, Korea, China bahkan ada pula yang dari Amerika. Saya senang-senang saja karena mereka akan mengenal batik dengan lebih baik lagi," tambah dia. [Koran SI/okezone]


>>> Silahkan berikan Ide, Saran & Kritik Mengenai Webblog ini klik disini

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda mengenai posting ini..!!