Hutan Papua Berperan Turunkan Emisi BBM Dunia

Jayapura - Hutan Papua berperan besar untuk menurunkan tingkat emisi bahan bakar minyak (BBM) dunia yang jumlahnya kian bertambah seiring dengan ketergantungan masyarakat mengonsumsi energi fosil tersebut dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut diungkapkan Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu,SH usai melakukan dialog dengan Duta Besar Kerajaan Inggris, Matrin Hatfull di Jayapura, Senin.

"Isu perubahan iklim global akibat pemakaian bahan bakar minyak yang semakin meningkat menuntut setiap negara untuk menurunkan tingkat emisinya," jelas Gubernur Suebu.

Selanjutnya dikatakannya, wilayah Papua yang hutannya terluas di Indonesia berperan untuk mengimbangi kerusakan iklim akibat emisi bahan bakar minyak.

Untuk mengoptimalkan upaya tersebut lanjutnya, pemanfaatan energi terbarukan berupa air, angin dan tenaga surya yang sumbernya banyak ditemukan di Papua senantiasa diusahakan untuk menggantikan bahan bakar fosil yang cadangannya semakin menipis.

"Dari sumber-sumber energi terbarukan ini, kita bisa buat tenaga listrik tanpa asap sehingga ramah lingkungan," tandas Gubernur Suebu.

Pengembangan energi terbarukan saat ini tengah dikembangkan di Sungai Mamberamo dan Sungai Urumuka.

Menurut Gubernur Suebu, peran hutan Papua dalam menurunkan emisi BBM tersebut menurutnya menjadi salah satu langkah menuju Konferensi Iklim di Kopenhage yang akan digelar pada Desember 2009 mendatang.

Berdasarkan data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah X Jayapura, Papua masih memiliki persentase tutupan hutan dan habitat alam yang paling baik di Indonesia.

Hasil citra satelit tahun 2003 menunjukkan bahwa hutan Papua yang masih bervegetasi adalah seluas 32.317.593,70 Ha atau 79,21 persen dari luas total hutan Papua yang mencapai 40.803.131,94 Ha.

Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan primer seluas 27.165.758,30 Ha atau 66,58 persen dan hutan sekunder mencapai 5.151.835,40 Ha atau 12.63 persen serta daerah semak belukar atau tidak berhutan seluas 6.404.746,10 Ha atau 15,69 persen. [Antara/FINROLL News]