»»


Perolehan Suara Sementara Pilkada Kabupaten Supiori 2020: Nomor urut 1 Obeth Rumabar - Daud Marisan : 2.312 (12,9%) ●●● Nomor urut 2 Ruth Naomi Rumkabu - Piet Pariaribo: 3.646 (25,1%) ●●● Nomor urut 3 Jacobus Kawer - Salomo Rumbekwan : 1.189 (8,2%) ●●● Nomor urut 4 Ronny Gustaf Mamoribo - Albert : 2.856 (19,7%) ●●● Nomor urut 5 Yan Imbab - Nichodemus Ronsumbre : 4.507 (31,1%) || Update: 04:31wit / 11 Des 2020

Kanguru dan Rusa Terus Diburu

Merauke - Perburuan terhadap kanguru dan rusa, dua hewan yang dilindungi yang hidup di Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Papua, terus terjadi. Aktivitas perburuan mengancam populasi kanguru dan rusa yang hidup di taman nasional seluas 413.810 hektar tersebut.

Adanya perburuan terhadap kanguru dan rusa ini terlihat dari dijualnya daging kanguru dan rusa di Pasar Baru di kota Merauke. Harga daging kanguru dijual dengan harga Rp 30.000-Rp 40.000 per kilogram (kg), sedangkan daging rusa dijual sekitar Rp 30.000 per kg.
Sejumlah pedagang, Senin (18/10/2010), mengatakan, daging kanguru dan rusa yang dijual selalu habis terjual. ”Khusus kanguru, tidak sampai dua jam sudah habis. Pembelinya banyak, sedangkan dagingnya terbatas karena kanguru sudah sulit diburu,” ujar Rohani (40), salah seorang pedagang. Ngatmi (42), pedagang lainnya, menambahkan, kanguru dan rusa dibelinya dari masyarakat asli Papua yang memburunya di Taman Nasional (TN) Wasur.
Daging kanguru dan rusa yang dibeli di pasar ada yang dikonsumsi sendiri, tetapi ada pula yang dijual dalam bentuk makanan. Sate rusa, sebagai contoh, banyak terlihat dijual pedagang kaki lima di Jalan Mandala, ruas jalan utama di kota Merauke.
Manajer Kantor WWF Transfly Merauke Martinus Cornelus Wattimena mengkhawatirkan perburuan yang terus terjadi ini. Pendorong perburuan, antara lain, harga jual yang semakin mahal. Sementara perburuan berakibat pada kian sulitnya kedua hewan ini ditemui di taman nasional. ”Dibandingkan rusa, kanguru lebih sulit ditemuikarena proses regenerasinya tidak semudah rusa,” kata Cornelus.
Anak kanguru yang baru lahir harus meloncat kembali ke perut kanguru dewasa agar bisa hidup. Proses ini kerap gagal karena terganggu aktivitas hewan atau manusia di sekelilingnya.
Nicolaus (66), salah seorang warga Merauke yang pernah berburu rusa dan kanguru, mengatakan, sekitar tahun 1980 tidak sulit melihat rusa dan kanguru. Keduanya sering terlihat di luar taman nasional, bahkan satu-dua ekor ditemukan berkeliaran di Merauke.
”Perburuan yang terus dilakukan telah membuat jumlah keduanya berkurang jauh. Untuk berburu rusa atau kanguru harus masuk jauh ke hutan. Itu pun untung-untungan karena tidak mudah menemukan keduanya,” katanya.
Kepala Balai TN Wasur Dadang Suganda membenarkan masih terjadinya perburuan rusa ataupun kanguru di wilayahnya. Tidak hanya oleh masyarakat asli Papua, tetapi juga masyarakat luar Papua.
Namun, pihaknya belum tahu dampaknya terhadap populasi rusa dan kanguru karena balai belum pernah menghitungnya. ”Penghitungan populasi harus serentak dilakukan di seluruh taman nasional. Ini yang sulit karena butuh banyak orang untuk melakukannya,” katanya.
Untuk mencegah perburuan, dia mengaku terus menyosialisasikan bahwa kedua hewan itu termasuk hewan dilindungi. Dadang Suganda juga berencana merekrut masyarakat asli Merauke sebagai penjaga hutan. Sementara pengawasan di pos-pos jaga di Wasur, Dalir, dan Agrindo di taman nasional akan diintensifkan. [APA/RIZ/Kompas Cetak]

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda mengenai posting ini..!!