»»


Perolehan Suara Sementara Pilkada Kabupaten Supiori 2020: Nomor urut 1 Obeth Rumabar - Daud Marisan : 2.312 (12,9%) ●●● Nomor urut 2 Ruth Naomi Rumkabu - Piet Pariaribo: 3.646 (25,1%) ●●● Nomor urut 3 Jacobus Kawer - Salomo Rumbekwan : 1.189 (8,2%) ●●● Nomor urut 4 Ronny Gustaf Mamoribo - Albert : 2.856 (19,7%) ●●● Nomor urut 5 Yan Imbab - Nichodemus Ronsumbre : 4.507 (31,1%) || Update: 04:31wit / 11 Des 2020

Raskin Jangan Buat Kebun Tutup

Supiori — Menyikapi penyaluran Beras bagi Masyarakat Miskin (Raskin) di Supiori, Penjabat Bupati Supiori, Ir. Helly Weror, dihadapan para kepala kampung dan distrik di Supiori mengatakan, bahwa Raskin yang diberikan kepada rakyat miskin menggambarkan bahwa masih ada rakyat miskinnya didaerah kita.

Oleh sebab itu, pemberian raskin hendaknya jangan dijadikan sebagai suatu kebiasan, namun sebisa mungkin jumlahnya ditekan dari waktu ke waktu, dan sedapat mungkin masyarakat Supiori mulai kembali mengusahakan kebun pertanian.
“Tujuan Raskin adalah mengurangi angka kemiskinan, namun bukan berarti raskin diberikan terus kemudian rakyat jadi terbiasa, tapi mari berdayakan mereka, ajak mereka buka kebun, karena tidak mungkin pemerintah terus mensubsidi beras,” ungkap Weror.

Penyaluran Raskin untuk Supiori dalam tahun 2011. Distrik Supiori Utara 20 Ton Beras nilainya Rp.36 Juta, Distrik Supiori Selatan 30 Ton Raskin nilainya Rp.48 juta, Distrik Supiori Timur 40 Ton Raskin nilainya Rp.45 juta, Distrik Barat 32 Ton Raskin Rp.51 juta dan Distrik Kep. Aruri 31 Ton Raskin Rp.50 juta. Jadi total anggaran untuk raskin di Supiori adalah Rp.251 Juta per tahun. Rupanya penyaluran Raskin yang dilakukan Perum Sub-Divre Kabupaten Biak Numfor bekerjsama dengan Pemkab Supiori ke sejumlah kampung di Supiori, menyimpan sejumlah persoalan.

Tak ayal, sosialisasi yang dilakukan Perum Bulog Biak Numfor di Aula Kantor Bupati Supiori, kamis (3/3) kemarin, menjadi ajang curhat para kepala kampung. Mulai dari penyaluran yang tidak tepat hingga jumlah kiloan dalam karung beras yang berkurang dari kiloan yang tertera di karung beras.
Seperti yang ditanyakan, kepala Kampung Fanindi Distrik Supiori Selatan, Sem Warikar. Sem yang mewakili masyarakat kampungnya menyangsikan penyaluran beras yang selama ini dilakukan Bulog, pasalnya raskin justru banyak dijual dipasaran “Dari mana mereka dapat raskin itu,” tanya. Lain halnya dengan kepala kampung Rayori. Ia menyangsikan penyaluran raskin ke kampungnya yang oleh pihak distrik ditarik biaya transportasi.
Mendengar keluhan tersebut, Kepala Bulog Sub Divre Biak Numfor, Abu Hanifah, menjelaskan bahwa pernyaluran raskin yang selama ini dilakukan Bulog tidak pernah bermasalah. Kalaupun ada masalah maka itu ada terjadi ditingkat Dsitrik.

“Raskin yang keluar dari Bulog setiap karungnya adalah 15 Kg, dan Bulog menanggung sepenuhnya biaya penyaluran dari Gudang hingga sampai di titik (kampung), tapi kalau ada yang seperti begini maka dolog tidak tahu, karena dolog hanya berurusan denagn distrik,” jelas Abu.

Keluhan kepala kampung ini rupanya menjadi perhatian serius salah satu kepala Distrik, tanpa menunggu lama, setelah acara usai, kepala distrik tersebut mendatangi sang kepala kampung dan bentrokan nyaris terjadi, namun beruntung bentrolan tersebtu dapat dilerai oleh PNS yang lain. [hen/aj/erick/BinPa]

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda mengenai posting ini..!!