»»


Perolehan Suara Sementara Pilkada Kabupaten Supiori 2020: Nomor urut 1 Obeth Rumabar - Daud Marisan : 2.312 (12,9%) ●●● Nomor urut 2 Ruth Naomi Rumkabu - Piet Pariaribo: 3.646 (25,1%) ●●● Nomor urut 3 Jacobus Kawer - Salomo Rumbekwan : 1.189 (8,2%) ●●● Nomor urut 4 Ronny Gustaf Mamoribo - Albert : 2.856 (19,7%) ●●● Nomor urut 5 Yan Imbab - Nichodemus Ronsumbre : 4.507 (31,1%) || Update: 04:31wit / 11 Des 2020

Warga Kampung Sundei Sulap Kotoran Sapi Jadi Biogas

Biak - Warga kampung Sundei, distrik Biak Timur, Biak, Papua, kini mempunyai cara unik untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi, sekaligus menjaga kesehatan lingkungan kampung mereka.

Kampung yang merupakan salah satu kawasan pengembangan perternakan sapi didaerah ini dan yang biasanya dikotori oleh banyaknya kotoran ternak sapi, selama tiga bulan ini tiba-tiba menjadi bersih.
Hal itu dikarenakan sebagian kelompok warga masyarakatnya telah bisa mengubah limbah kotoran sapi menjadi biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau energi alternatif untuk memasak.

Septer, seorang warga kampung Sundei mengatakan, beberapa waktu lalu tidak seperti ini, lingkungan kampung sangat kotor dengan kotoran sapi. Soalnya di kampung tersebut, merupakan salah satu kampung para peternak sapi. Sehingga wajar jika lingkungan penuh dengan kotoran sapi. Namun sekarang kondisi tersebut mulai bersih, karena beberapa warga kampung telah bisa mengubah kotoran sapi menjadi biogas, untuk kebutuhan memasak.
“Keluarga saya kini mulai mencoba memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas, karena kami sendiri memiliki tujuh ekor sapi yang dapat dimanfaatkan kotorannya. Sehingga kedepan kami berharap, tidak perlu pakai minyak tanah untuk memasak, karena telah ada biogas ,” katanya kepada Bintang Papua, Jumat (1/4).

Menurutnya, proses pembuatan biogas sangat sederhana, kotoran sapi yang menumpuk dicampur air lalu dimasukkan kedalam bak penampungan. Endapannya menghasilkan biogas dan bisa langsung digunakan untuk memasak dengan menggunakan kompor khusus.
“Dengan cara seperti ini warga di kampung Sundei, bisa mendapatkan dua keuntungan, yaitu lingkungan menjadi bersih dan sehat, serta sekaligus mendapatkan bahan bakar yang murah ,” ujarnya.

Sementara itu, kepala Dinas Peternakan dan Pertanian Tanaman Pangan (DPPTP) setempat, Absalom Rumkorem,SPt,MM mengatakan, pembuatan biogas merupakan program nasional yang diberikan melalui Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) pada tahun anggaran 2010.
Dan sejak tahun lalu, Biak telah mulai mencoba mengembangkan energi alternatif dengan memanfaatkan kotoran sapi. Hal itu mulai dilakukan di beberapa kawasan pengembangan ternak, seperti di kampung Syabes di distrik Yendidori, kampung Sundei di distrik Biak Timur dan distrik Biak Utara.
“Dari beberapa kawasan pengembangan ternak sapi, yang berhasil memanfaatkan kotoran sapi sebagai energi alternatif atau biogas pengganti bahan bakar minyak yaitu di kampung Sundei, Biak Timur dan disana telah terbentuk kelompok-kelompok kerja ,” kata Absalom Rumkorem saat dikonfirmasi Bintang Papua, Jumat (1/4).

Menurutnya, setelah sukses di Sundei, program tersebut akan terus dikembangkan kesemua distrik dan kampung yang berada di kawasan pengembangan ternak sapi didaerah ini.
Pengembangkan energi alternatif dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas ini, kata Rumkorem, bersumber dari APBN 2010 sehingga diharapkan kedepan pemerintah daerah juga dapat mendukung dengan mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD untuk pembelian fasilitas atau beberapa unit perangkat biogas. [pin/aj/erick-BinPa]

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda mengenai posting ini..!!